Langsung ke konten utama

Sunnah Menghormati Jenazah

Sunnah Menghormati Jenazah - Kajian Islam Tarakan

SUNNAH MENGHORMATI JENAZAH

Luthfi Bashori

Dalam riwayat Imam Bukhari dan Muslim disebutkan, bahwa Rasulullah SAW mengajarkan kepada umat Islam, tentang pentingnya menghormati jenazah, sebagaiman beliau bersabda:

“Bila seseorang dari kalian melihat iringan pengantar jenazah, padahal ia bukan termasuk orang yang berjalan mengiringinya, maka hendaklah ia berdiri hingga ia sendiri yang meninggalkannya, atau jenazah itu yang meninggalkannya, atau hingga jenazah itu diletakkan (dalam kubur) sekalipun belum melewatinya.”

Hadits ini menerangkan tentang etika seorang muslim sewaktu melihat iringan jenazah lewat di hadapannya, sedangkan ia bukan termasuk orang yang sedang mengantarkannya, maka hendaklah ia berdiri demi menghormati jenazah tersebut.

Menghormati seseorang yang dianggap mulia dengan cara berdiri itu memang termasuk perintah Rasulullah SAW, sebagaimana saat Sayyidina Sa’ad bin Mu’adz pimpinan Bani Quraidhah datang, maka beliau SAW memeerintahkan kepada Bani Qiraidhah, “Quumuu ilaa sayyidikum (Berdirilah untuk pemimpin kalian) !”

Sayyidina Thalhah bin Ubaidillah RA pernah berdiri dan beranjak meninggalkan Rasulullah SAW yang semula duduk bersama, demi menyambut kedatangan Shahabat Ka’ab bin Malik, untuk menyalami dan mengucapkan selamat atas diterima taubatnya oleh Allah SWT, lantas Sayyidina Thalhah bin Ubaidillah duduk kembali dan Rasulullah SAW tidak melarang maupun menginkarinya.

Jadi, menghormati orang yang dianggap mulia dengan cara berdiri itu dapat dilakukan, baik orang yanmg dianggap mulia tersebut dalam keadaan masih hidup maupun saat menjadi jenazah, bahkan berdiri khusus untuk jenazah yang sedang lewat itu, tidak ada syarat apakah yang digotong dalam keranda itu termasuk orang mulia atau untuk setiap jenazah muslim?

Secara dhahir, bahwa setiap jenazah muslim yang akan dikuburkan, dan digotong melewati umat Islam yang sedang berada di pinggir jalan, maka hendaklah umat Islam tersebut berdiri demi melaksanakan Sunnah Nabi Muhammad SAW.

Sumber FB Ustadz : Luthfi Bashori

24 Maret 2021 pada 06.58  · 

Kajian Sunnah

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tuntutan Sunnah dan Adab Berhari Raya

*⭐ TUNTUNAN SUNNAH DAN ADAB BERHARI RAYA * 1️⃣.  Memperbanyak Takbir, Tahmid dan Tahlil. 2️⃣.  Mandi sebelum menunaikan shalat Id. 3️⃣. Menggunakan pakaian terbaik, memakai wewangian dan berhias. 4️⃣. Menempuh jalan yang berbeda ketika berangkat dan kembali dari shalat Id. 5️⃣. Disunnahkan makan terlebih dahulu meskipun sedikit sebelum shalat Id Fitri. 6️⃣. Menunaikan shalat Id dan mengajak semua ahli keluarga turut serta. 7️⃣. Mendengarkan khutbah Id sampai selesai. 8️⃣. Saling berziarah, bertahniah (mengucapkan selamat), saling mendoakan. 9️⃣. Membuat perayaan yang dibolehkan, seperti menghidangkan makanan. 🔟. Menampakkan kegembiraan seperti melakukan permainan yang mubah dan memberi hadiah. *#Selamat Hari raya Idul Fithi 1442 H. Taqaballah minna wa minkum.* ©️AST Sumber WAG : SUBULANA I 13 Mei 2021  Kajian Sunnah

Penentang Dakwah Sunnah dan Salaf?

PENENTANG DAKWAH SUNNAH DAN SALAF? Abdul Wahid Alfaizin  Sering sekali kita jumpai ketika ada yang mengkritik atau meluruskan sebuah pemahaman salah seorang ustadz atau kelompok, maka pengkritik tersebut langsung dilabeli dengan "Penentang Sunnah" atau "Penentang Dakwah Sunnah" atau terkadang "Penentang Dakwah Salaf". Seakan-akan ketika ada yang tidak sama dengan pemahamannya, maka secara otomatis bertentangan dengan Al-Qur'an atau Sunnah Rasulullah. Hal ini tentu sangat bertentangan dengan sikap para salaf dalam menghadapi perbedaan. Salah satu sikap salaf yang perlu dijadikan contoh adalah sikap Umar bin Khattab berikut ini seperti yang diriwayatkan oleh Al-Baihaqi كَتَبَ كاتِبٌ لِعُمَرَ بنِ الخطابِ: هذا ما أرَى اللهُ أميرَ المُؤمِنينَ عُمَرَ. فانتَهَرَه عُمَرُ وقالَ: لا، بَلِ اكتُبْ: هذا ما رأى عُمَرُ، فإِن كان صَوابًا فمِنَ اللهِ، وإِن كان خَطأً فمِن عُمَرَ [أبو بكر البيهقي، السنن الكبرى للبيهقي ت التركي، ٣٤٠/٢٠] “Ada seorang yang menulis keputusan...

Jenjang Kurikulum Ilmu Akidah Ahlussunnah Wal Jamaah

Jenjang Kurikulum Ilmu Akidah Ahlussunnah Wal Jamaah Jenjang kurikulum ilmu akidah Ahlussunnah wal Jamaah menurut Syaikh Said Fodah. Save  Abdul Wahab Ahmad 17 Desember 2020·  Sistematika pembelajaran atau kurikulum ilmu tauhid (aqidah) yang disusun oleh Syaikh Said Foudah. • Level 1 (al-Mustawa al-Awwal) 1. Matan Khoridah al-Bahiyyah, beserta syarahnya yang ditulis oleh Syaikh Abu al-Barakat al-Dardir 2. Syarh Umm al-Barahin, karya Imam al-Sanusi 3. Nadzm Jauharah al-Tauhid, beserta syarahnya; Hidayah al-Murid yang ditulis oleh al-Nadzim sendiri yaitu Syaikh Ibrahim al-Laqqani • Level 2 (al-Mustawa al-Tsani) 1. Al-Iqtishad fi al-I'tiqad, karya Hujjatul Islam, Imam Al-Ghazali 2. Ma'alim Ushul al-Din, karya Imam Fakhruddin al-Razi 3. Syarh al-Aqidah al-Kubra, karya Imam al-Sanusi 4. Syarh al-Aqaid al-Nasafiyyah, karya Sa'd al-Din al-Taftazani • Level 3 (al-Mustawa al-Tsalits) 1. Matholi' al-Andzhor 'ala Thowali' al-Anwar, karya Syamsuddin al-Ashfahani. Kitab ini ...

Komunitas Kajian Islam

Kajian Islam Kajian Islam Kajian Islam Masjid Almaarif Tarakan NU Online