Langsung ke konten utama

Mata Uang Sunnah?

Mata Uang Sunnah? - Kajian Islam Tarakan

Mata Uang Sunnah?

Jual beli adalah murni urusan duniawi, alat tukar untuk jual beli boleh menggunakan apa saja, tidak harus menggunakan alat jual beli di masa Nabi shalallahu alaihi wasallam. Kalau urusan duniawi harus sama dengan masa Nabi sekalian saja penghitungan jarak pakai Marhalah bukan kilometer, timbangannya jangan pakai kilogram tapi pakai Rithl, Wasaq, Mud, dan kendaraan kembali naik onta, bukan kijang.

Tidak ada mata uang Sunnah? Bagaimana dengan Dinar dan Dirham? Jauh sebelum Nabi shalallahu alayhi wasallam Dinar dan Dirham juga sudah berlaku:

ﻓﺄﻣﺎ اﻟﺪﺭاﻫﻢ اﻟﺘﻲ ﻛﺎﻧﺖ ﻋﻠﻰ ﻋﻬﺪ ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ - ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ - ﻓﻠﻢ ﻳﻜﻦ ﻋﻠﻴﻬﺎ ﻗﺮﺁﻥ، ﻭﻻ اﺳﻢ اﻟﻠﻪ، ﻭﻻ ﺫﻛﺮ ﻷﻧﻬﺎ ﻛﺎﻧﺖ ﻣﻦ ﺿﺮﺏ اﻟﺮﻭﻡ، ﻭﻏﻴﺮﻫﻢ ﻣﻦ ﺃﻫﻞ اﻟﻜﻔﺮ، ﻭﺇﻧﻤﺎ ﺿﺮبت ﺩﺭاﻫﻢ اﻹﺳﻼﻡ ﻓﻲ ﺃﻳﺎﻡ ﻋﺒﺪ اﻟﻤﻠﻚ ﺑﻦ ﻣﺮﻭاﻥ 

Dirham di masa Nabi shalallahu alaihi wasallam tidak ada tulisan Qur'an, nama Allah dan kalimat zikir. Karena Dirham tersebut buatan Romawi dan lainnya dari negeri-negeri kufur. Uang Dirham Islam dicetak di masa Abdul Malik bin Marwan (Al-Hafidz Ibnu Al-Iraqi, Tharh At-Tatsrib, 7/219)

Bagaimana dengan hadis Dinar dan Dirham? Yaitu:

" ﻟﻴﺄﺗﻴﻦ ﻋﻠﻰ اﻟﻨﺎﺱ ﺯﻣﺎﻥ ﻻ ﻳﻨﻔﻊ ﻓﻴﻪ ﺇﻻ اﻟﺪﻳﻨﺎﺭ ﻭاﻟﺪﺭﻫﻢ "

"Sungguh akan datang sebuah masa bagi manusia yang tidak berguna lagi kecuali Dinar dan Dirham" (HR Ahmad).

Hadis seperti ini maksudnya adalah "tidak berguna lagi kecuali harta". Tetapi karena terbiasa dengan tekstualis maka diartikan letterlijk. Kalau memang seperti ini pemahamannya maka ketahuilah bahwa hadis ini dhaif karena 2 faktor:

ﺃﺑﻮ ﺑﻜﺮ ﺑﻦ ﺃﺑﻲ ﻣﺮﻳﻢ ﻟﻢ ﻳﺪﺭﻙ اﻟﻤﻘﺪاﻡ ﺑﻦ ﻣﻌﺪﻱ ﻛﺮﺏ 

Perawi Abu Bakar bin Abi Maryam tidak menjumpai Miqdam bin Ma'di Karib (sanadnya terputus)

ﻭﻣﺪاﺭ ﻃﺮﻗﻪ ﻛﻠﻬﺎ ﻋﻠﻰ ﺃﺑﻲ ﺑﻜﺮ ﺑﻦ ﺃﺑﻲ ﻣﺮﻳﻢ، ﻭﻗﺪ اﺧﺘﻠﻂ.

Semua sanad hadis bersumber dari Abu Bakar bin Abi Maryam, ia mengalami ikhtilath (Majma' Az-Zawaid).

Mata uang jika sudah disahkan sebuah negara maka kita wajib mematuhi, sebagaimana kewajiban perintah mematuhi Ulil Amri (An-Nisa'59) dalam penafsiran:

ﻗﺎﻝ ﺳﻬﻞ ﺑﻦ ﻋﺒﺪ اﻟﻠﻪ اﻟﺘﺴﺘﺮﻱ: ﺃﻃﻴﻌﻮا اﻟﺴﻠﻄﺎﻥ ﻓﻲ ﺳﺒﻌﺔ: ﺿﺮﺏ اﻟﺪﺭاﻫﻢ ﻭاﻟﺪﻧﺎﻧﻴﺮ، ﻭاﻟﻤﻜﺎﻳﻴﻞ ﻭاﻷﻭﺯاﻥ، ﻭاﻷﺣﻜﺎﻡ ﻭاﻟﺤﺞ ﻭاﻟﺠﻤﻌﺔ ﻭاﻟﻌﻴﺪﻳﻦ ﻭاﻟﺠﻬﺎﺩ

Sahal bin Abdullah At-Tusturi berkata: "Patuhilah Pemerintah Negara dalam 7 hal. (1) Pemberlakuan uang (2) Alat ukur dan timbang (3) Hukum (4) Haji (5) Pelaksanaan Jumat (6) Pelaksanaan 2 hari raya (7) Jihad" (Tafsir Al-Qurthubi 5/259)

Sumber FB : Ma'ruf Khozin

Favorit  · 3 Februari 2021 pada 22.27  · 

Kajian Sunnah

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tuntutan Sunnah dan Adab Berhari Raya

*⭐ TUNTUNAN SUNNAH DAN ADAB BERHARI RAYA * 1️⃣.  Memperbanyak Takbir, Tahmid dan Tahlil. 2️⃣.  Mandi sebelum menunaikan shalat Id. 3️⃣. Menggunakan pakaian terbaik, memakai wewangian dan berhias. 4️⃣. Menempuh jalan yang berbeda ketika berangkat dan kembali dari shalat Id. 5️⃣. Disunnahkan makan terlebih dahulu meskipun sedikit sebelum shalat Id Fitri. 6️⃣. Menunaikan shalat Id dan mengajak semua ahli keluarga turut serta. 7️⃣. Mendengarkan khutbah Id sampai selesai. 8️⃣. Saling berziarah, bertahniah (mengucapkan selamat), saling mendoakan. 9️⃣. Membuat perayaan yang dibolehkan, seperti menghidangkan makanan. 🔟. Menampakkan kegembiraan seperti melakukan permainan yang mubah dan memberi hadiah. *#Selamat Hari raya Idul Fithi 1442 H. Taqaballah minna wa minkum.* ©️AST Sumber WAG : SUBULANA I 13 Mei 2021  Kajian Sunnah

Penentang Dakwah Sunnah dan Salaf?

PENENTANG DAKWAH SUNNAH DAN SALAF? Abdul Wahid Alfaizin  Sering sekali kita jumpai ketika ada yang mengkritik atau meluruskan sebuah pemahaman salah seorang ustadz atau kelompok, maka pengkritik tersebut langsung dilabeli dengan "Penentang Sunnah" atau "Penentang Dakwah Sunnah" atau terkadang "Penentang Dakwah Salaf". Seakan-akan ketika ada yang tidak sama dengan pemahamannya, maka secara otomatis bertentangan dengan Al-Qur'an atau Sunnah Rasulullah. Hal ini tentu sangat bertentangan dengan sikap para salaf dalam menghadapi perbedaan. Salah satu sikap salaf yang perlu dijadikan contoh adalah sikap Umar bin Khattab berikut ini seperti yang diriwayatkan oleh Al-Baihaqi كَتَبَ كاتِبٌ لِعُمَرَ بنِ الخطابِ: هذا ما أرَى اللهُ أميرَ المُؤمِنينَ عُمَرَ. فانتَهَرَه عُمَرُ وقالَ: لا، بَلِ اكتُبْ: هذا ما رأى عُمَرُ، فإِن كان صَوابًا فمِنَ اللهِ، وإِن كان خَطأً فمِن عُمَرَ [أبو بكر البيهقي، السنن الكبرى للبيهقي ت التركي، ٣٤٠/٢٠] “Ada seorang yang menulis keputusan...

Jenjang Kurikulum Ilmu Akidah Ahlussunnah Wal Jamaah

Jenjang Kurikulum Ilmu Akidah Ahlussunnah Wal Jamaah Jenjang kurikulum ilmu akidah Ahlussunnah wal Jamaah menurut Syaikh Said Fodah. Save  Abdul Wahab Ahmad 17 Desember 2020·  Sistematika pembelajaran atau kurikulum ilmu tauhid (aqidah) yang disusun oleh Syaikh Said Foudah. • Level 1 (al-Mustawa al-Awwal) 1. Matan Khoridah al-Bahiyyah, beserta syarahnya yang ditulis oleh Syaikh Abu al-Barakat al-Dardir 2. Syarh Umm al-Barahin, karya Imam al-Sanusi 3. Nadzm Jauharah al-Tauhid, beserta syarahnya; Hidayah al-Murid yang ditulis oleh al-Nadzim sendiri yaitu Syaikh Ibrahim al-Laqqani • Level 2 (al-Mustawa al-Tsani) 1. Al-Iqtishad fi al-I'tiqad, karya Hujjatul Islam, Imam Al-Ghazali 2. Ma'alim Ushul al-Din, karya Imam Fakhruddin al-Razi 3. Syarh al-Aqidah al-Kubra, karya Imam al-Sanusi 4. Syarh al-Aqaid al-Nasafiyyah, karya Sa'd al-Din al-Taftazani • Level 3 (al-Mustawa al-Tsalits) 1. Matholi' al-Andzhor 'ala Thowali' al-Anwar, karya Syamsuddin al-Ashfahani. Kitab ini ...

Komunitas Kajian Islam

Kajian Islam Kajian Islam Kajian Islam Masjid Almaarif Tarakan NU Online