Langsung ke konten utama

Ahli Sunnah wal Jamaah, yang Mana?

Ahli Sunnah wal Jamaah, yang Mana? - Ust. Ahmad Sarwat, Lc., MA - Kajian Medina
Ahli Sunnah wal Jamaah, yang Mana?
Ust. Ahmad Sarwat, Lc., MA

Pertanyaan :
Assalamu alaikum,

Ustadz yang dirahmati ALLAH, sekarang ini banyak aliran-aliran yang semua mengaku sebagi ahli sunnah waljamaah, dan menganggap kelompok mereka yang benar. Saya yang awam jadi bingung mau ke kelompok yang mana mau bergabung. Di antaranya ada Ikhwanul Muslimin, Hizbut Tahrir, Salafiah, dan Jamaah Tabliq. Terus terang saya takut bila salah pilih. Mohon Ustadz jelaskan.

Wassalamu alaikum,

Jawaban :
Assalamu 'alaikum warakamatullahi wabarakatuh,

Sebenarnya boleh dibilang bahwa kesemua kelompok yang anda sebutkan itu termasuk kelompok ahlussunnah wal jamaah. Yaitu kelompok yang masih berpegang teguh sunnah (syariat) nabi Muhammad SAW dan apa-apa yang telah diteruskan oleh jamaah (para shahabat nabi SAW).

Penyebutan istilah itu biasanya diidentikkan sebagai lawan dari aliran-aliran sesat pada masalah aqidah, sehingga merusak dasar keimanan. Adapun dasar aqidah keempat kelompok itu masih di dalam koridor aqidah yang benar dan lurus. Sehingga kesemuanya termasuk saudara-saudara kita seiman dan seaqidah. Tidak ada perbedaan apa pun dalam masalah dasar aqidah, kecuali hanya pada detail-detail yang tidak prinsipil, atau wialyah yang masih dimungkinkan terjadinya perbedaan pendapat.

Tujuan Ikut Kelompok

Lepas dari masalah keahlisunnahan masing-masing kelompok itu dan peranan mereka, kalau judulnya ingin belajar agama dan ilmu-ilmu syariah, sebenarnya yang lebih cepat bukan dengan masuk ke berbagai kelompok itu. Tetapi belajar kepada para ahli di bidang ilmu-ilmu langsung, baik berupa institusi formal seperti universitas Islam atau pun secara non formal dengan para ulama yang ahli di bidangnya.

Bahwa para ulama itu ternyata berlatar belakang suatu kelompok, asalkan dia ahli di bidangnya dan tetap berlaku profesional dengan ilmunya, tentu tidak mengapa. Tetapi yang kami tekankan di sini, belajar mendalami ilmu-ilmu keIslaman secara intensif, mendalam dan kontinyu, justru lebih cepat mengantarkan anda kepada ilmu-ilmu keIslaman. Dan kalau arahnya memang kepada belajar syariah, menjadi penting dari sekedar ikut-ikutan berbagai kelompok yang ada.

Mengapa demikian?

Sebab saat ini sudah terlalu banyak kelompok dengan beragam aktifitas mereka. Sayangnya, tidak semua aktifitas kelompok itu segera menyampaikan anda kepada ilmu-ilmu keIslaman. Bahkan kalangan yang paling aktif menyelenggaraan tarbiyah, tasqif, kajian dan majelis taklim pun, secara kualitas masih terbilang sangat rendah intensitas kurikulumnya.

Belum ada di antara berbagai kelompok itu yang bisa memastikan para pengikutnya mahir berbahasa Arab. Apalagi sampai bisa membaca kitab berbahasa arab. Semata-mata ikut dalam kelompok itu belum tentu menjadikan kita sebagai mufassir, muhaddits, fuqaha, ahli ilmu dan seterusnya.

Kemampuan sebagaiulama dan ahli ilmu memang tidak bisa dilahirkan lewat perbagai macam pergerakan itu semata. Tetapi harus lewat sebuah proses talabul ilmi (menunutut ilmu). Yaitu menjadi mahasiswa para ulama atau di berbagai pusat pengajaran agama Islam di dunia ini. Seperti Al-Azhar Asy-Syarif yang telah berusia lebih dari 1.000 tahun. Dari rahim lembaga seperti inilah lahir para ulama, mufassir, muhaddits, fuqaha', pemimpin umat serta para ahli ilmu.

Kesanalah seharusnya anda menatap, kalau niatnya ingin belajar agama dan ilmu-ilmu syariah. Bahkan para tokoh ulama yang ada di berbagai kelompok itu, justru keluaran dari berbagai universitas Islam. Di sanalah mereka ditempa menjadi para ulama dari segi keilmuan. Bukan semata di dalam kelompoknya.

Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum warakamatullahi wabarakatuh,

Ahmad Sarwat, Lc.

Kirim Pertanyaan : tanya@rumahfiqih.com

Sumber : https://rumahfiqih.com/x.php?id=1157901175&title=ahli-sunnah-wal-jamaah-yang-mana (Tue 12 September 2006 07:27)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tuntutan Sunnah dan Adab Berhari Raya

*⭐ TUNTUNAN SUNNAH DAN ADAB BERHARI RAYA * 1️⃣.  Memperbanyak Takbir, Tahmid dan Tahlil. 2️⃣.  Mandi sebelum menunaikan shalat Id. 3️⃣. Menggunakan pakaian terbaik, memakai wewangian dan berhias. 4️⃣. Menempuh jalan yang berbeda ketika berangkat dan kembali dari shalat Id. 5️⃣. Disunnahkan makan terlebih dahulu meskipun sedikit sebelum shalat Id Fitri. 6️⃣. Menunaikan shalat Id dan mengajak semua ahli keluarga turut serta. 7️⃣. Mendengarkan khutbah Id sampai selesai. 8️⃣. Saling berziarah, bertahniah (mengucapkan selamat), saling mendoakan. 9️⃣. Membuat perayaan yang dibolehkan, seperti menghidangkan makanan. 🔟. Menampakkan kegembiraan seperti melakukan permainan yang mubah dan memberi hadiah. *#Selamat Hari raya Idul Fithi 1442 H. Taqaballah minna wa minkum.* ©️AST Sumber WAG : SUBULANA I 13 Mei 2021  Kajian Sunnah

Penentang Dakwah Sunnah dan Salaf?

PENENTANG DAKWAH SUNNAH DAN SALAF? Abdul Wahid Alfaizin  Sering sekali kita jumpai ketika ada yang mengkritik atau meluruskan sebuah pemahaman salah seorang ustadz atau kelompok, maka pengkritik tersebut langsung dilabeli dengan "Penentang Sunnah" atau "Penentang Dakwah Sunnah" atau terkadang "Penentang Dakwah Salaf". Seakan-akan ketika ada yang tidak sama dengan pemahamannya, maka secara otomatis bertentangan dengan Al-Qur'an atau Sunnah Rasulullah. Hal ini tentu sangat bertentangan dengan sikap para salaf dalam menghadapi perbedaan. Salah satu sikap salaf yang perlu dijadikan contoh adalah sikap Umar bin Khattab berikut ini seperti yang diriwayatkan oleh Al-Baihaqi كَتَبَ كاتِبٌ لِعُمَرَ بنِ الخطابِ: هذا ما أرَى اللهُ أميرَ المُؤمِنينَ عُمَرَ. فانتَهَرَه عُمَرُ وقالَ: لا، بَلِ اكتُبْ: هذا ما رأى عُمَرُ، فإِن كان صَوابًا فمِنَ اللهِ، وإِن كان خَطأً فمِن عُمَرَ [أبو بكر البيهقي، السنن الكبرى للبيهقي ت التركي، ٣٤٠/٢٠] “Ada seorang yang menulis keputusan...

Jenjang Kurikulum Ilmu Akidah Ahlussunnah Wal Jamaah

Jenjang Kurikulum Ilmu Akidah Ahlussunnah Wal Jamaah Jenjang kurikulum ilmu akidah Ahlussunnah wal Jamaah menurut Syaikh Said Fodah. Save  Abdul Wahab Ahmad 17 Desember 2020·  Sistematika pembelajaran atau kurikulum ilmu tauhid (aqidah) yang disusun oleh Syaikh Said Foudah. • Level 1 (al-Mustawa al-Awwal) 1. Matan Khoridah al-Bahiyyah, beserta syarahnya yang ditulis oleh Syaikh Abu al-Barakat al-Dardir 2. Syarh Umm al-Barahin, karya Imam al-Sanusi 3. Nadzm Jauharah al-Tauhid, beserta syarahnya; Hidayah al-Murid yang ditulis oleh al-Nadzim sendiri yaitu Syaikh Ibrahim al-Laqqani • Level 2 (al-Mustawa al-Tsani) 1. Al-Iqtishad fi al-I'tiqad, karya Hujjatul Islam, Imam Al-Ghazali 2. Ma'alim Ushul al-Din, karya Imam Fakhruddin al-Razi 3. Syarh al-Aqidah al-Kubra, karya Imam al-Sanusi 4. Syarh al-Aqaid al-Nasafiyyah, karya Sa'd al-Din al-Taftazani • Level 3 (al-Mustawa al-Tsalits) 1. Matholi' al-Andzhor 'ala Thowali' al-Anwar, karya Syamsuddin al-Ashfahani. Kitab ini ...

Komunitas Kajian Islam

Kajian Islam Kajian Islam Kajian Islam Masjid Almaarif Tarakan NU Online